Singkapan yang ada di Bukit Pertapan
Batuan berumur kapur yang tersingkap di pulau Jawa
Para ahli geologi memperkirakan batuan tertua atau batuan dasar di Pulau Jawa berumur Kapur yaitu kurang-lebih sekitar 100 juta tahun yang lalu . Hanya ada 3 daerah di Pulau Jawa yang memiliki fenomena geologi tersingkapnya batuan tertua tersebut yaitu yang pertama di daerah Bayat, Klaten, Jawa Tengah; kedua di Karangsambung, Kebumen, Jawa Tengah; dan ketiga di Ciletuh, Jawa Barat.
Batuan tertua yang tersingkap di daerah Bayat adalah batuan metamorf yang diperkirakan berumur 98 juta tahun yang lalu dari hasil perhitungan umur batuan menggunakan metode radiometrik Potassium-Argon (K-Ar) (Prasetyadi, 2007). Batuan metamorf adalah batuan ubahan dari batuan yang sudah ada sebelumnya akibat peningkatan suhu dan tekanan saat terkubur di bawah permukaan bumi. Batuan metamorf di Bayat dapat dijumpai di Perbukitan Jiwo Barat maupun Jiwo Timur. Salah satu singkapan yang berada di Jiwo Timur dapat dijumpai di daerah Gunung Konang berupa Filit klorit-muskovit.
Filit Klorit – Muskovit
Batuan metamorf filit klorit-muskovit di daerah Gunung Konang ditunjukkan dengan struktur batuan yang meliuk dan berlembar atau disebut dengan foliasi. Jika masih segar, batuan akan berwarna kehijauan dan akan berubah menjadi kecoklatan apabila lapuk. Batuan juga memiliki kilau seperti kaca, dengan komposisi mineral dominan berupa klorit, albit, muskovit, dan kuarsa. Pada beberapa bagian, batuan filit klorit-muskovit ini berselingan dengan batuan metamorf lainnya yang berwarna putih yaitu marmer dan kuarsit. Kadangkala dijumpai mineral grafit ditandai dengan cerat berwarna hitam yang membekas apabila digosok dengan tangan. Selain itu, urat kalsit dan kuarsa juga dijumpai di dalam tubuh batuan metamorf tersebut. Ahli petrologi memperkirakan bahwa batuan asal atau protolith dari batuan metamorf tersebut adalah batuan sedimen berbutir halus seperti batulempung atau batupasir dengan sedikit variasi batugamping dan batuserpih yang mengandung karbon.
Kenampakan Batuan di bawah mikroskop
Batuan ini penting bagi ilmu pengetahuan kebumian karena batuan ini menyimpan informasi proses tektonik dan metamorfisme yang menyebabkan batuan yang seharusnya berada puluhan kilometer di bawah permukaan bumi dengan suhu dan tekanan tinggi mampu tersingkap di permukaan. Dengan mempelajari batuan ini, para ahli geologi dapat memperkirakan suhu dan tekanan pembentukan batuan tersebut. Informasi ini kemudian digunakan untuk mengetahui sejarah dan evolusi geologi Pulau Jawa saat batuan tersebut terbentuk hingga tersingkap di permukaan. Kelangkaan batuan dan pentingnya informasi geologi yang dikandung oleh batuan tersebut menyebabkan daerah Bayat menjadi daya tarik bagi peneliti kebumian baik dari dalam maupun luar negeri.
Sebagian besar batuan metamorf di Bayat dijumpai dalam kondisi lapuk. Umur batuan metamorf yang sudah sangat tua (98 juta tahun yang lalu) dan iklim tropis menyebabkan proses pelapukan sangat intensif. Selain mengubah warna asal batuan metamorf kehijauan menjadi kecoklatan, proses pelapukan juga mengubah batuan menjadi tanah dan lempung yang subur untuk ditanami. Hasil penelitian pada mineral lempung hasil lapukan batuan metamorf di Gunung Konang memiliki komposisi smektit, kaolinit, dan serisit. Mineral lempung tersebut memiliki sifat plastis dan mudah dibentuk sehingga menjadikannya ideal sebagai bahan baku pembuatan kerajinan gerabah (Winarno dan Marin, 2016). Oleh karenanya, kehadiran batuan metamorf di Bayat memiliki manfaat ganda, ketika hadir dalam kondisi segar bermanfaat untuk kemajuan ilmu pengetahuan kebumian dan saat hadir dalam kondisi lapuk dapat dimanfaatkan oleh warga sekitar untuk bercocok tanam maupun pembuatan kerajinan gerabah.